Minggu, 08 Januari 2012

Pergerakan Sedimen Pantai

0 komentar

Didalam Oseanografi Geologi dikenal istilah pergerakan sedimen pantai atau transport sedimen pantai yang berasal dari istilah berbahasa Inggris: Coastal Sediment Transport ataupun Nearshore Sediment Transport. Bambang Triatmodjo (1999) menjelaskan bahwa definisi dari transpor sedimen pantai adalah gerakan sedimen di daerah pantai yang disebabkan oleh gelombang dan arus yang dibangkitkannya.

Di kawasan pantai terdapat dua arah transport sedimen. Yang pertama adalah pergerakan sedimen tegak lurus pantai (cross-shore transport) atau boleh juga disebut dengan pergerakan sedimen menuju dan meninggalkan pantai (onshore-offshore transport). Yang kedua, pergerakan sedimen sepanjang pantai atau sejajar pantai yang biasa diistilahkan dengan longshore transport.

Menurut Bambang Triatmodjo (1999), gerak air di dekat dasar akan menimbulkan tegangan geser pada sedimen dasar. Bila nilai tegangan geser dasar lebih besar dari pada tegangan kritis erosinya, maka partikel sedimen akan bergerak. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa variabel-variabel yang mempengaruhi pergerakan sedimen pantai antara lain: diameter sedimen, rapat massa sedimen, porositas, dan kecepatan arus atau gaya yang ditimbulkan oleh aliran air.

TRANSPORT SEDIMEN TEGAK LURUS PANTAI
Gelombang yang menjalar menuju pantai membawa massa air dan momentum searah penjalarannya. Transpor massa dan momentum tersebut akan menimbulkan arus di daerah dekat pantai. Gelombang pecah menimbulkan arus dan turbulensi yang sangat besar yang dapat menggerakkan sedimen dasar. Di daerah surf zone, kecepatan partikel air hanya bergerak searah penjalaran gelombangnya. Di swash zone, gelombang yang memecah pantai menyebabkan massa air bergerak ke atas dan kemudian turun kembali pada permukaan pantai. Gerak massa air tersebut disertai dengan terangkutnya sedimen.

Skema gambar pergerakan sedimen tegak lurus pantai

Pada gambar di atas terlihat bahwa arus dan partikel air di dasar bergerak searah penjalaran gelombang menuju pantai. Di daerah mulai pecahnya gelombang (point of wave breaking) yang biasa disebut dengan surf zone, terlihat adanya pertemuan pergerakan sedimen yang menuju pantai dan yang bergerak kembali ke tengah laut. Selain itu, pergerakan sedimen di luar daerah surf zone akan mulai melemah. Akibatnya, di titik ini akan terbentuk bukit penghalang (bar) yang memanjang sejajar pantai (Fredsoe & Deigaard,1992).

Pergantian musim juga mempengaruhi proses pantai. Turbulensi dari gelombang pecah mengubah sedimen dasar (bed load) menjadi suspensi (suspended load). Kesenjangan/ketidaksamaan hantaman gelombang (antara dua musim) mengakibatkan penggerusan yang kemudian membentuk pantai-pantai curam yang menyisakan sedimen-sedimen bergradasi lebih kasar.

Sebagai contoh di negara kita yang dipengaruhi angin muson, biasanya pada saat bertiup angin timur, gelombang laut akan bersifat konstruktif yaitu membawa sedimen menuju pantai. Demikian juga yang terjadi pada kawasan pantai saat angin tenang atau musim panas (summertime). Gambaran kondisi pantai cenderung seperti pada gambar di bawah ini.

Potongan melintang profil pantai saat angin tenang

Sebaliknya bila bertiup angin barat, saat bertiup angin badai (storm), ataupun saat musim dingin (wintertime), maka gelombang laut akan bersifat merusak pantai (destruktif) karena massa air akan mengangkut sebagian besar sedimen menuju tengah laut. Sedimen itu kemudian teronggok di daerah surf zonemembentuk bukit pasir (sand-bar). Gambaran kondisi pantai seperti ini dapat dilihat pada gambar berikut.
Potongan melintang profil pantai saat angin badai

Profil pantai yang curam tergerus gelombang badai

Ombak badai yang curam akan mengikis muka pantai dan mengangkut sedimen menjadi bukit penghalang di surf zone di kawasan lepas pantai (offshore). Gelombang normal akan membawa kembali sedimen di bukit penghalang membentuk kembali muka pantai seperti sedia kala. Keadaan ini dinamakan sebagai “keseimbangan dinamis” (dynamic equilibrium).

Selain itu, pergerakan sedimen menuju dan meninggalkan pantai dapat terjadi pula pada dua kemungkinan. Kemungkinan pertama, sedimen bergerak kembali terbawa sirkulasi sel yang berupa rip current dan yang kedua terbawa bersama aliran balik (back flows).

Sumber Pustaka:
“Teknik Pantai”, Bambang Triatmodjo (1999).
“Mechanics of Coastal Sediment Transport”, Fredsoe, J. & Deigaard, R. (1992).

Leave a Reply

Labels

 
PERPUSTAKAAN MARINE SCIENCE 07 © 2011

TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG KE LAMAN KAMI