Jumat, 09 Desember 2011

Hewan-Hewan Laut Beracun

0 komentar
Kategori Pertama: Sangat Berbahaya!

Gurita (keluarga Octopodidae)
Tidak seperti dugaan banyak orang, mahluk laut yang dapat membunuh manusia dengan mudah bukanlah ular laut yang sangat berbisa, melainkan mahluk-mahluk kecil yang besarnya tidak lebih dari 5 cm saja, gurita bercincin biru (Blue-ringed octopus, Hapalochlaena sp.) Mahluk yang banyak bersembunyi di celah-celah batu karang ini mempunyai racun yang terbukti dapat mengakibatkan kematian bagi manusia hanya dalam hitungan jam saja. Yang lebih parah lagi, gigitannya tidak terasa dikarenakan giginya, yang berbentuk seperti paruh burung, sangatlah tajam. Di daerah sekitar gigi inilah kelenjar penghasil bisa gurita terdapat. Tidak semua gurita memang beracun fatal, tapi beberapa jenis selain tersebut di atas diketahui juga dapat mengakibatkan kematian bagi manusia.


Siput laut (Moluska)
Memang tidak semua siput laut mempunyai racun yang dapat berakibat fatal bagi manusia, tapi ada beberapa di antaranya yang memang terbukti mempunyai racun yang mematikan. Siput Tekstil (Textile Cone, Conus textile), disebut demikian karena cangkangnya yang mempunyai corak warna mirip dengan tekstil kain. Hewan ini sering mengakibatkan kecelakaan terutama pada penyelam-penyelam yang kekurangan informasi tentang mahluk laut yang beracun ini. Dikarenakan indahnyanya cangkang dari siput ini banyak penyelam yang kemudian mengambilnya hidup-hidup dan menaruhnya dalam kantung selamnya. Siput ini mempunyai semacam belalai yang dilengkapi dengan gigi tajam berbentuk harpun yang mengandung racun yang biasanya digunakan untuk menyengat mahluk laut lain yang menjadi mangsanya. Dengan gigi ini dengan mudah mereka menusuk baju penyelam dan melukainya sebagai usaha untuk melarikan diri. Racun dari siput ini diketahui cukup ampuh untuk membunuh manusia. 



Ular laut (keluarga Elapidae)
Beberapa jenis ular laut juga mempunyai bisa yang tak kalah mematikannya dibandingkan dengan sepupunya yang tinggal di darat dan perairan tawar. Dan kecelakaan-kecelakaan yang dapat terjadi tidaklah lebih dari usaha ular itu untuk mempertahankan keselamatan dirinya. Ular laut juga jelas bukanlah hewan yang dapat dikategorikan sebagai hewan perliharaan. Untuk itu hindari usaha untuk memeliharanya.




Ubur-ubur Kotak

Box jellyfish (Chironex fleckerii) atau ubur-ubur kotak adalah salah satu dari sekian banyak ubur-ubur yang mempunyai sengatan yang berbahaya. Kecelakaan sering terjadi pada para penyelam dan perenang di laut.




Ikan Kodok (Frogfish, Anglerfish, dan lain-lain dari keluarga Scorpaenidae)
Beberapa ikan dari keluarga ini mempunyai bisa yang mampu untuk membunuh manusia. Meskipun Lionfish dan Scorpion fish juga dari keluarga yang sama, tapi bisa mereka tidaklah sefatal Frogfish dan Anglerfish.
      Frogfish dan Anglerfish hampir jarang dijumpai di pasaran karena mereka adalah jenis ikan yang ‘kurang beruntung’ dari segi warnanya -  kebanyakan coklat dan berwarna seperti pasir -  tidak cocok sebagai penghias akuarium. Tapi beberapa jenis juga mempunyai warna yang sangat cerah dan bagus untuk dijadikan penghias akuarium.

        Karena ikan ini jarang dijumpai di pasaran, kemungkinan terjadinya kecelakaan dengan mereka juga jarang. Hanya saja peringatan perlu diberikan bagi mereka yang suka berjalan-jalan menyusuri pantai berkarang. Karena ikan-ikan ini yang berwarna sedemikian rupa sehingga di alam rupa mereka hampir tidak dapat dibedakan dari batu karang di sekeliling mereka, maka kontak yang terjadi baik dengan menginjak atau menyentuh dengan tidak sengaja dapat terjadi. Pertolongan pertama dengan air panas bisa dilakukan terhadap korban ikan ini.


Kategori Kedua: Cukup berbahaya dan mematikan jika tidak ditangani secara intensif.
Portuguese Man o’ War
Hewan yang disebut sebagai Kapal Perang Portugis ini adalah salah satu dari sekian banyak jenis ubur-ubur di laut. Hanya saja karena tudungnya yang berisi udara, ubur-ubur berwarna biru ini tidak berada di dalam air, melainkan mengapung dan terlihat seperti kapal perang di permukaan air. Ubur-ubur Kapal Perang Portugis yang dewasa, berdiameter tudung lebih kurang 15cm, mempunyai tentakel (kaki yang menjuntai) yang relatif sangat panjang, bisa mencapai 2 meter! Perenang di laut sebaiknya meninggalkan lokasi renang jika ubur-ubur ini sedang berada di sana.
Di kaki inilah sel-sel penyengat (nematocyst) terdapat. Jika tentakel Ubur-ubur Kapal Perang Portugis menempel pada kulit seseorang, maka tentakel ini akan melekat dengan kuat seperti mengandung lem yang kuat dan sulit untuk dilepaskan. Tentakel yang tipis ini juga mudah putus dan usaha untuk mengangkatnya dengan menggunakan tangan kosong juga tidak mudah dilakukan, selain juga menambah luka sengatan lain pada tangan tersebut.
            Jika seseorang terkena sengatan Ubur-ubur Kapal Perang Portugis, maka sensasi yang pertama adalah rasa gatal luar biasa dan diikuti dengan rasa terbakar atau sakit yang luar biasa hanya dalam beberapa menit saja. Jika daya tahan tubuh seorang korban kurang kuat (biasanya anak-anak), maka dalam waktu setengah jam korban akan pingsan.

            Pertolongan medis sangat diperlukan. Seberapa jauh pun tempat kejadian dari instalasi medis, usaha evakuasi harus dilakukan dan diusahakan secepatnya. Meskipun sengatan Ubur-ubur Kapal Perang Portugis diketahui tidaklah terlalu fatal, tapi bagi korban dengan daya tubuh yang tidak kuat maka kehilangan nyawa bukanlah hal yang mustahil.


Pari Penyengat (Sting Ray)
Pari Penyengat mempunyai sengat di tengah ekornya berupa semacam tanduk kecil yang bisa diarahkan ke atas untuk melindungi dirinya. Banyak pari laut hidup di pantai tidak berkarang dan mencari mangsa berupa moluska-moluska yang berada di dalam pasir. Kemungkinan sengatan sering terjadi pada kaki perenang yang menginjaknya dengan tidak sengaja.
       Beberapa jenis ikan laut ini juga tinggal di daerah berkarang dan mempunyai warna yang relatif lebih indah daripada spesies yang tersebut di atas. Ikan-ikan pari ini biasanya relatif lebih kecil dan cocok untuk dikoleksi sebagai penghias akuarium. Untuk itu penanganan yang hati-hati perlu dilakukan oleh akuaris untuk menghindari sengatannya.
       Ada cara lain yang bisa dilakukan untuk mengatasi sengatan ikan pari ini adalah dengan ‘mengamputasi’ sengat dari pari tersebut. Yaitu dengan cara ikan pari dipegang dan tanduk penyengat dicabut dengan menggunakan tang atau alat lain. Tetapi cara ini hanya bersifat sementara saja karena tanduk sengatnya akan tumbuh kembali setelah beberapa bulan. Efek dari sengatan pari ini berupa rasa sakit yang cukup kuat hingga kehilangan kesadaran diri.

Millepora (Karang Api)
Sepintas Karang Api mirip dengan bunga karang lain dari Class Anthozoa (koral dan anemone) yang relatif sengatannya tidaklah berakibat kesakitan bagi manusia. Tetapi sengatan Karang Api bisa mengakibatkan rasa sakit atau terbakar yang sangat kuat.
     Meskipun Karang Api juga termasuk bunga karang yang mudah untuk dipelihara di dalam akuarium, tetapi lebih bijak jika pemeliharaannya tidak dilakukan karena seringnya terjadi kontak antara penghobi dan bunga karang peliharaannya. Efek yang mirip dengan sengatan Karang Api adalah Anemone Api.

Lionfish atau Scorpionfish (Pterois volitans, dan beberapa jenis lain yang mirip)
Tidak seperti sepupu mereka Frogfish dan Anglerfish, Scorpionfish atau Lionfish ini  mempunyai bisa yang relatif tidak berakibat fatal bagi manusia, meskipun rasa sakit dan kejang dapat dialami oleh korban. Bisa ikan ini terdapat pada ujung-ujung sirip atas renangnya.
      Rasa sakit yang hampir sama bisa didapat dari racun pada ikan Samadar Cicit (FoxFace, Siganus vulpinus) dan Lele Laut (Striped Catfish, Plotosus lineatus). Hanya saja karena sifat pemalu ikan-ikan yang disebut terakhir ini, maka jumlah kecelakaan dengannya relatif lebih jarang tejadi.

Letter Six, Botana Naso, dan berbagai Botana lainnya
      Letter Six (Pacanthurus hepatus) atau si Dory dalam film Nemo, Botana Naso (Naso Tang) dan berbagai jenis botana lainnya dikenal dari keluarga Acanthuridae atau Surgeonfish (dokter bedah) karena pada ikan-ikan ini yang sudah dewasa terdapat semacam scalpel (pisau bedah yang tajam) pada bagian ekornya.

      Tidak ada literatur yang menyebutkan bahwa ‘pisau’ ini mengandung racun, tetapi dari berbagai sumber yang telah mengalami kecelakaan langsung dengannya disebutkan bahwa rasa sakit juga dialami oleh korban-korban ‘dokter bedah’ ini.



Kategori Ketiga: Efek sakit ringan atau efek-efek lain.

Efek sakit ringan atau efek-efek lainnya bisa disebabkan oleh kontak dengan nematocyst dengan tingkat penetrasi yang kecil atau keracunan lendir koral (mucus) melalui selaput lendir manusia seperti bibir, mata, hidung dan lain-lain.
       Seperti disebutkan dalam box, penetrasi nematocyst ringan tetap dapat terjadi jika yang terkena adalah daerah dengan ketebalan kulit yang relatif lebih tipis dibandingkan dengan ujung jari manusia. Nematocyst dari beberapa jenis anemone seperti anemone clown atau anemone karpet bisa mengakibatkan kejang ringan. Sengatan nematocyst yang berupa seperti luka bakar karena sundutan rokok bisa melekat sampai dengan satu bulan.
     Untuk keracunan lendir koral bisa terjadi karena kurangnya kebersihan dari akuaris sendiri, misalnya sesudah menangani atau memegang koral kemudian tanpa mencuci tangannya. Lendir dari polyp kancing (Palythoa sp.) bisa masuk melalui mulut. Beberapa laporan menyebutkan bahwa bibir menjadi terasa tebal, sulit menggerakkan mulut, dan pembengkakan pada bibir. Pertolongan medis sangat dianjurkan untuk jenis keracunan seperti ini, meski belum pernah diketahui adanya akibat yang fatal dari keracunan lendir koral ini.
  
Pertolongan Pertama
Pertolongan pertama hanya bisa dilakukan terhadap korban dari kategori kedua dan ketiga, meskipun usaha pertolongan terhadap kategori pertama tetap harus dilakukan, tapi pertolongan secara medislah yang harus diutamakan.
   Pertolongan pertama yang bisa dilakukan terhadap korban-korban hewan laut adalah dengan menggunakan air hangat-panas. Semua racun hewan laut, baik itu yang terdapat pada nematocyst Cnidaria ataupun bisa dari gurita, ular laut, duri ikan, dan lain-lain, adalah dalam bentuk protein. Sifat dari protein adalah susunan kimiawi mereka akan rusak jika terkena temperatur yang panas. Jika susunan kimiawi protein ini rusak, maka dengan sendirinya sifat racun dari suatu protein akan hilang dengan sendirinya.
      Untuk itu pertolongan pertama yang dapat diberikan pada korban adalah dengan merendam tempat terjadinya kontak dengan air sepanas mungkin, di mana penderita masih bisa menahan rasa panas ini. Hati-hati menggunakan air yang terlalu panas sehingga malah mengakibatkan luka bakar yang sesungguhnya!
        Usahakan merendam luka dengan daerah sekitarnya untuk mengatasi racun yang sudah mulai menyebar melalui jaringan pembuluh darah. Misalnya jika yang terkena adalah ujung jari, maka diusahakan seluruh lengan juga direndam dengan air panas.
       Setelah beberapa menit (sekitar 10 sampai dengan 15 menit) pertolongan pertama ini dilakukan, maka usaha perawatan medis tetap tidak boleh dikesampingkan. Selain usaha pertolongan dan perawatan di atas, sebaiknya usaha menghidari adalah yang terbaik. Terutama untuk kejadian yang masuk pada kategori fatal. 

Leave a Reply

Labels

 
PERPUSTAKAAN MARINE SCIENCE 07 © 2011

TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG KE LAMAN KAMI