Gelombang yang datang menuju
pantai membawa massa air dan momentum, searah penjalaran gelombangnya. Hal ini
menyebabkan terjadinya arus di sekitar kawasan pantai. Penjalaran gelombang
menuju pantai akan melintasi daerah-daerah lepas pantai (offshore zone), daerah gelombang pecah (surf zone), dan daerah deburan ombak di pantai (swash zone). Diantara ketiga daerah
tersebut, Bambang Triatmodojo (1999) menjelaskan bahwa karakteristik gelombang
di daerah surf zone dan swash zone adalah yang paling
penting di dalam analisis proses pantai.
Daerah penjalaran gelombang menuju pantai |
Menurut Dean dan Dalrymple
(2002), perputaran/sirkulasi arus di sekitar pantai dapat digolongkan dalam
tiga jenis, yaitu: arus sepanjang pantai (Longshore
current), arus seret (Rip current),
dan aliran balik (Back flows/cross-shore flows). Sistem sirkulasi
arus tersebut seringkali tidak seragam antara ketiganya bergantung kepada
arah/sudut gelombang datang.
Pada kawasan pantai yang
diterjang gelombang menyudut (αb > 5o) terhadap garis pantai, arus
dominan yang akan terjadi adalah arus sejajar pantai (longshore current).
Sketsa terjadinya longshore current |
Sedangkan apabila garis puncak
gelombang datang sejajar dengan garis pantai, maka akan terjadi 2 kemungkinan
arus dominan di pantai. Yang pertama, bila di daerah surf zone terdapat banyak penghalang bukit pasir (sand bars) dan celah-celah (gaps) maka arus yang terjadi adalah
berupa sirkulasi sel dengan rip
current yang menuju laut. Kemungkinan kedua, bila di daerah surf zone tidak terdapat penghalang
yang mengganggu maka arus dominan yang terjadi adalah aliran balik (back flows).
Terjadinya rip current |
Namun karena pengaruh
hidrodinamik laut yang sangat kompleks, maka yang biasanya terjadi adalah
kombinasi dari kondisi-kondisi di atas. Seperti yang ditunjukkan pada gambar di
bawah ini.
Kombinasi longshore current dan rip current. |
Kombinasi longshore current & back flows.
Sumber bacaan:
“Teknik Pantai”, Bambang
Triatmodjo (1999).
“Coastal Processes”, R.G. Dean
& R.A. Dalrymple (2002).