DEFINISI
Mangrove
merupakan karakteristik dari bentuk tanaman pantai, estuari atau muara sungai,
dan delta di tempat yang terlindung daerah tropis dan sub tropis. Dengan
demikian maka mangrove merupakan ekosistem yang terdapat di antara daratan dan
lautan dan pada kondisi yang sesuai mangrove akan membentuk hutan yang
ekstensif dan produktif.Karena hidupnya di dekat pantai, mangrove sering juga
dinamakan hutan pantai, hutan pasang surut, hutan payau, atau hutan bakau.
Istilah bakau itu sendiri dalam bahasa Indonesia merupakan nama dari salah satu
spesies penyusun hutan mangrove yaitu Rhizophora sp. Sehingga dalam percaturan
bidang keilmuan untuk tidak membuat bias antara bakau dan mangrove maka hutan
mangrove sudah ditetapkan merupakan istilah baku untuk menyebutkan hutan yang
memiliki karakteristik hidup di daerah pantai.
Berkaitan dengan
penggunaan istilah mangrove maka menurut FAO (1982) : mangrove adalah individu
jenis tumbuhan maupun komunitas tumbuhan yang tumbuh di daerah pasang surut.
Istilah mangrove merupakan perpaduan dari dua kata yaitu mangue dan grove. Di
Eropa, ahli ekologi menggunakan istilah mangrove untuk menerangkan individu
jenis dan mangal untuk komunitasnya. Hal ini juga dijelaskan oleh Macnae (1968)
yang menyatakan bahwa kata nmangrove seharusnya digunakan untuk individu pohon
sedangkan mangal merupakan komunitas dari beberapa jenis tumbuhan.
Hutan mangrove
sering disebut hutan bakau atau hutan payau. Dinamakan hutan bakau oleh karena
sebagian besar vegetasinya didominasi oleh jenis bakau, dan disebut hutan payau
karena hutannya tumbuh di atas tanah yang selalu tergenang oleh air payau. Arti
mangrove dalam ekologi tumbuhan digunakan untuk semak dan pohon yang tumbuh di
daerah intertidal dan subtidal dangkal di rawa pasang tropika dan subtropika. Tumbuhan
ini selalu hijau dan terdiri dari bermacam-macam campuran apa yang mempunyai
nilai ekonomis baik untuk kepentingan rumah tangga (rumah, perabot) dan
industri (pakan ternak, kertas, arang).
Wilayah mangrove
dicirikan oleh tumbuh-tumbuhan khas mangrove, terutama jenis-jenis Rhizophora,
Bruguiera, Ceriops, Avicennia, Xylocarpus dan Acrostichum (Soerianegara,1993).
Selain itu juga ditemukan jenis-jenis Lumnitzera, Aegiceras, Scyphyphora dan
Nypa (Nybakken, 1986; Soerianegara, 1993). Mangrove mempunyai kecenderungan
membentuk kerapatan dan keragaman struktur tegakan yang berperan penting
sebagai perangkap endapan dan perlindungan terhadap erosi pantai. Sedimen dan
biomassa tumbuhan mempunyai kaitan erat dalam memelihara efisiensi dan berperan
sebagai penyangga antara laut dan daratan, bertanggung jawab atas kapasitasnya
sebagai penyerap energi gelombang dan menghambat intrusi air laut ke daratan.
Selain itu, tumbuhan tingkat tinggi menghasilkan habitat untuk perlindungan
bagi hewan-hewan muda dan permukaannya bermanfaat sebagai substrat perlekatan
dan pertumbuhan dari banyak organisme epifit (Nybakken.1986).
Secara umum
komunitas hutan, termasuk hutan mangrove memiliki karakteristik fisiognomi
yaitu dinamakan sesuai dengan jenis yang dominan berada di suatu kawasan.
Misalnya di suatu kawasan hutan mangrove yang dominan adalah jenis Rhizophora
sp maka hutan tersebut dinamakan hutan mangrove Rhizophora.
Secara lebih
luas dalam mendefinisikan hutan mangrove sebaiknya memperhatikan keberadaan
lingkungannya termasuk sumberdaya yang ada. Berkaitan dengan hal tersebut maka
Saenger et al. 1983 mendefinisikan sumberdaya mangrove sebagai :
- Exclusive mangrove, yaitu satu atau lebih jenis pohon atau semak belukar yang hanya tumbuh di habitat mangrove
- Non exclusive mangrove, yaitu setiap jenis tumbuhan yang tumbuh di habitat mangrove, dan keberadaannya tidak terbatas pada habitat mangrove saja
- Biota, yaitu semua jenis biota yang berasosiasi dengan habitat mangrove
- Proses (abrasi, sedimentasi), yaitu setiap proses yang berperan penting dalam menjaga atau memelihara keberadaan ekosistem mangrove. Keanekaragaman jenis ekosistem mangrove di Indonesia cukup tinggi.
jika
dibandingkan dengan negara lain di dunia. Jumlah jenis mangrove di Indonesia
mencapai 89 yang terdiri dari 35 jenis pohon, 5 jenis terna, 9 jenis perdu, 9
jenis liana, 29 jenis epifit, dan 2 jenis parasit (Nontji, 1987). Dari 35 jenis
pohon tersebut, yang umum dijumpai di pesisir pantai adalah Avicennia
sp, Sonneratia sp, Rizophora sp, Bruguiera sp, Xylocarpus sp, Ceriops sp, dan Excocaria
sp.
Bentuk
vegetasi dan komunitas mangrove terdiri dari 3 zone mangrove berdasarkan
distribusi, karakteristik biologi, kadar garam dan intensitas penggenangan lahan
yaitu:
a)
Vegetasi Inti
Jenis ini
membentuk hutan mangrove di daerah zona intertidal yang mampu bertahan terhadap
pengaruh salinitas (garam), yang disebut tumbuhan halophyta. Kebanyakan jenis
mangrove mempunyai adaptasi khusus yang memungkinkan untuk tumbuh dan
berkembang dalam substrat/lahan mangrove seperti kemampuan berkembang biak,
toleransi terhadap kadar garam tinggi, kemampuan bertahan terhadap perendaman
oleh pasang surut, memiliki pneumatophore atau akar napas, bersifat sukulentis
dan kelenjar yang mengeluarkan garam. Lima jenis mangrove paling utama adalah
Rhizophora mangle. L., R. harrisonii leechman (Rhizoporaceae), Pelliciera
rhizophorae triana dan Planchon (pelliceriaceae), Avicennia germinans L (
Avicenniaceae) dan Laguncularia racemosa L. gaertn. (Combretaceae).
b)
Vegetasi marginal
Jenis ini
biasanya dihubungkan dengan mangrove yang berada di darat, di rawa musiman,
pantai dan/atau habitat mangrove marginal. Meskipun demikian vegetasi ini tetap
tergolong mangrove. Jenis Conocarpus erecta (combretaceae) tidak ditemukan
di dalam vegetasi mangrove biasa. Mora oleifera (triana), Duke
(leguminosae) jumlahnya berlimpah-limpah di selatan pantai pasifik, terutama di
semenanjung de osa, dimana mangrove ini berkembang dalam rawa musiman salin (25
promil). Jenis yang lain adalah Annona glabra L. (Annonaceae), Pterocarpus
officinalis jacq. (Leguminosae), Hibiscus tiliaceus L. dan Pavonia
spicata killip (Malvaceae). Jenis pakis-pakisan seperti Acrostichum aureum
L. (Polipodiaceae) adalah yang sangat luas penyebarannya di dalam zone air
payau dan merupakan suatu ancaman terhadap semaian bibit untuk regenerasi.
c)
Vegetasi fakultatif marginal
Carapa
guianensis (Meliaceae) tumbuh berkembang di daerah dengan kadar garam sekitar
10 promil. Jenis lain adalah Elaeis oleifera dan Raphia taedigera. Di daerah
zone inter-terrestrial dimana pengaruh iklim khatulistiwa semakin terasa banyak
ditumbuhi oleh Melaleuca leucadendron rawa ( e.g. selatan Vietnam). Jenis ini
banyak digunakan untuk pembangunan oleh manusia. Lugo dan Snedaker
(1974) mengidentifkasi dan menggolongkan mangrove menurut enam jenis kelompok
(komunitas) berdasar pada bentuk hutan, proses geologi dan hidrologi. Masing-Masing
jenis memiliki karakteristik satuan lingkungan seperti jenis lahan dan
kedalaman, kisaran kadar garam tanah/lahan, dan frekuensi penggenangan.
Masing-masing kelompok mempunyai karakteristik yang sama dalam hal produksi
primer, dekomposisi serasah dan ekspor karbon dengan perbedaan dalam tingkat
daur ulang nutrien, dan komponen penyusun kelompok.
Suatu uraian
ringkas menyangkut jenis klasifikasi hutan mangrove berdasarkan geomorfologi
ditunjukkan sebagai berikut :
1.
Overwash mangrove forest
Mangrove
merah merupakan jenis yang dominan di pulau ini yang sering dibanjiri dan
dibilas oleh pasang, menghasilkan ekspor bahan organik dengan tingkat yang
tinggi. Tinggi pohon maksimum adalah sekitar 7 m.
2.
Fringe mangrove forest
Mangrove
fringe ini ditemukan sepanjang terusan air, digambarkan sepanjang garis pantai
yang tingginya lebih dari rata-rata pasang naik. Ketinggian mangrove maksimum
adalah sekitar 10 m.
3.
Riverine mangrove forest
Kelompok ini
mungkin adalah hutan yang tinggi letaknya sepanjang daerah pasang surut sungai
dan teluk, merupakan daerah pembilasan reguler. Ketiga
jenis bakau, yaitu putih (Laguncularia racemosa), hitam (Avicennia
germinans) dan mangrove merah (Rhizophora mangle) adalah terdapat di
dalamnya. Tingginya rata- rata dapat mencapai 18-20 m.
4.
Basin mangrove forest
Kelompok ini
biasanya adalah jenis yang kerdil terletak di bagian dalam rawa
Karena tekanan runoff terestrial yang menyebabkan terbentuknya cekungan
atau terusan ke arah pantai. Bakau merah terdapat dimana ada pasang
surut yang membilas tetapi ke arah yang lebih dekat pulau, mangrove
putih dan hitam lebih mendominasi. Pohon dapat mencapai
tinggi 15 m.
5.
Hammock forest
Biasanya
serupa dengan tipe (4) di atas tetapi mereka ditemukan pada lokasi
sedikit lebih tinggi dari area yang melingkupi. Semua jenis ada
tetapi tingginya jarang lebih dari 5 m.
6.
Scrub or dwarf forest
Jenis
komunitas ini secara khas ditemukan di pinggiran yang rendah. Semua
dari tiga jenis ditemukan tetapi jarang melebihi 1.5 m ( 4.9
kaki). Nutrient merupakan faktor pembatas.
Faktor-faktor Lingkungan
Beberapa
faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan mangrove di suatu lokasi
adalah :
·
Fisiografi pantai (topografi)
·
Pasang (lama, durasi, rentang)
·
Gelombang dan arus
·
Iklim (cahaya,curah hujan,
suhu, angin)
·
Salinitas
·
Oksigen terlarut
·
Tanah
·
Hara
Faktor-faktor
lingkungan tersebut diuraikan sebagai berikut :
·
Fisiografi pantai
Fisiografi
pantai dapat mempengaruhi komposisi, distribusi spesies dan lebar hutan
mangrove. Pada pantai yang landai, komposisi ekosistem mangrove lebih beragam
jika dibandingkan dengan pantai yang terjal. Hal ini disebabkan karena pantai
landai menyediakan ruang yang lebih luas untuk tumbuhnya mangrove sehingga
distribusi spesies menjadi semakin luas dan lebar. Pada pantai yang terjal
komposisi, distribusi dan lebar hutan mangrove lebih kecil karena kontur yang
terjal menyulitkan pohon mangrove untuk tumbuh.
·
Pasang
Pasang yang
terjadi di kawasan mangrove sangat menentukan zonasi tumbuhan dan komunitas
hewan yang berasosiasi dengan ekosistem mangrove. Secara rinci pengaruh pasang
terhadap pertumbuhan mangrove dijelaskan sebagai berikut:
·
Lama pasang :
- Lama terjadinya pasang di kawasan mangrove dapat mempengaruhi perubahan salinitas air dimana
- Salinitas akan meningkat pada saat pasang dan sebaliknya akan menurun pada saat air laut surut.
- Perubahan salinitas yang terjadi sebagai akibat lama terjadinya pasang merupakan faktor pembatas yang mempengaruhi distribusi spesies secara horizontal.
- Perpindahan massa air antara air tawar dengan air laut mempengaruhi distribusi vertikal organisme.
- Struktur dan kesuburan mangrove di suatu kawasan yang memiliki jenis pasang diurnal, semi diurnal, dan campuran akan berbeda.
- Komposisi spesies dan distribusi areal yang digenangi berbeda menurut durasi pasang atau frekuensi penggenangan. Misalnya : penggenagan sepanjang waktu maka jenis yang dominan adalah Rhizophora mucronata dan jenis Bruguiera serta Xylocarpus kadang-kadang ada.
- Akar tunjang yang dimiliki Rhizophora mucronata menjadi lebih tinggi pada lokasi yang memiliki pasang yang tinggi dan sebaliknya,
- Pneumatophora Sonneratia sp menjadi lebih kuat dan panjang pada lokasi yang memiliki pasang yang tinggi.
·
Gelombang dan Arus
- Gelombang dan arus dapat merubah struktur dan fungsi ekosistem mangrove. Pada lokasi-lokasi yang memiliki gelombang dan arus yang cukup besar biasanya hutan mangrove mengalami abrasi sehingga terjadi pengurangan luasan hutan.
- Gelombang dan arus juga berpengaruh langsung terhadap distribusi spesies misalnya buah atau semai Rhizophora terbawa gelombang dan arus sampai menemukan substrat yang sesuai untuk menancap dan akhirnya tumbuh.
- Gelombang dan arus berpengaruh tidak langsung terhadap sedimentasi pantai dan pembentukan padatan-padatan pasir di muara sungai. Terjadinya sedimentasi dan padatan-padatan pasir ini merupakan substrat yang baik untuk menunjang pertumbuhan mangrove
- Gelombang dan arus mempengaruhi daya tahan organisme akuatik melalui transportasi nutrien-nutrien penting dari mangrove ke laut. Nutrien-nutrien yang berasal dari hasil dekomposisi serasah maupun yang berasal dari runoff daratan dan terjebak di hutan mangrove akan terbawa oleh arus dan gelombang ke laut pada saat surut.
·
Iklim
Mempengaruhi
perkembangan tumbuhan dan perubahan faktor fisik (substrat dan air). Pengaruh
iklim terhadap pertimbuhan mangrove melalui cahaya, curah hujan, suhu, dan
angin. Penjelasan mengenai faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
- Cahaya
- Cahaya berpengaruh terhadap proses fotosintesis, respirasi, fisiologi, dan struktur fisik mangrove.
- Intensitas, kualitas, lama (mangrove adalah tumbuhan long day plants yang membutuhkan intensitas cahaya yang tinggi sehingga sesuai untuk hidup di daerah tropis) pencahayaan mempengaruhi pertumbuhan mangrove.
- Laju pertumbuhan tahunan mangrove yang berada di bawah naungan sinar matahari lebih kecil dan sedangkan laju kematian adalah sebaliknya,
- Cahaya berpengaruh terhadap perbungaan dan germinasi dimana tumbuhan yang berada di luar kelompok (gerombol) akan menghasilkan lebih banyak bunga karena mendapat sinar matahari lebih banyak daripada tumbuhan yang berada di dalam gerombol.
2.
Curah hujan
- Jumlah, lama, dan distribusi hujan mempengaruhi perkembangan tumbuhan mangrove.
- Curah hujan yang terjadi mempengaruhi kondisi udara, suhu air, salinitas air dan tanah.
- Curah hujan optimum pada suatu lokasi yang dapat mempengaruhi pertumbuhan mangrove adalah yang berada pada kisaran 1500-3000 mm/tahun.
3.
Suhu
- Suhu berperan penting dalam proses fisiologis (fotosintesis dan respirasi).
- Produksi daun baru Avicennia marina terjadi pada suhu 18-20C dan jika suhu lebih tinggi maka produksi menjadi berkurang.
- Rhizophora stylosa, Ceriops, Excocaria, Lumnitzera tumbuh optimal pada suhu 26-28C.
- Bruguiera tumbuah optimal pada suhu 27C, dan Xylocarpus tumbuh optimal pada suhu 21-26C.
4.
Angin
- Angin mempengaruhi terjadinya gelombang dan arus.
- Angin merupakan agen polinasi dan diseminasi biji sehingga membantu terjadinya proses reproduksi tumbuhan mangrove.
·
Salinitas
- Salinitas optimum yang dibutuhkan mangrove untuk tumbuh berkisar antara 10-30 ppt.
- Salinitas secara langsung dapat mempengaruhi laju pertumbuhan dan zonasi mangrove, hal ini terkait dengan frekuensi penggenangan.
- Salinitas air akan meningkat jika pada siang hari cuaca panas dan dalam keadaan pasang.
- Salinitas air tanah lebih rendah dari salinitas air.
·
Oksigen Terlarut
- Oksigen terlarut berperan penting dalam dekomposisi serasah karena bakteri dan fungsi yang bertindak sebagai dekomposer membutuhkan oksigen untuk kehidupannya.
- Oksigen terlarut juga penting dalam proses respirasi dan fotosintesis.
- Oksigen terlarut berada dalam kondisi tertinggi pada siang hari dan kondisi terendah pada malam hari.
·
Substrat
- Karakteristik substrat merupakan faktor pembatas terhadap pertumbuhan mangrove
- Rhizophora mucronata dapat tumbuh baik pada substrat yang dalam/tebal dan berlumpur
- Avicennia marina dan Bruguiera hidup pada tanah lumpur berpasir
- Tekstur dan konsentrasi ion mempunyai susunan jenis dan kerapatan tegakan Misalnya jika komposisi substrat lebih banyak liat (clay) dan debu (silt) maka tegakan menjadi lebih rapat
- Konsentrasi kation Na>Mg>Ca atau K akan membentuk konfigurasi hutan Avicennia/Sonneratia/Rhizophora/Bruguiera
- Mg>Ca>Na atau K yang ada adalah Nipah
- Ca>Mg, Na atau K yang ada adalah Melauleuca
·
Hara
Unsur hara
yang terdapat di ekosistem mangrove terdiri dari hara inorganik dan organik.
1.
Inorganik : P,K,Ca,Mg,Na
2.
Organik : Allochtonous dan
Autochtonous (fitoplankton, bakteri, alga)
Daftar Pustaka
FAO. Management
and Utilization of mangroves in Asia Pasific. FAO Environmental Paper 3, FAO,
Rome. 1983 Hutching, P and P.Saenger. Ecology of Mangroves. University of
Queensland,
London. 1987 Mann, K.H. Ecology of Coastal Waters. Second Edition. Blackwell Science. 2000 Saenger, P. E.J, Hegerl, and J.P.S. Davie. Global Status of Mangrove Ecosystems.
London. 1987 Mann, K.H. Ecology of Coastal Waters. Second Edition. Blackwell Science. 2000 Saenger, P. E.J, Hegerl, and J.P.S. Davie. Global Status of Mangrove Ecosystems.