Kategori Pertama: Sangat Berbahaya!
Gurita (keluarga Octopodidae)
Tidak seperti dugaan
banyak orang, mahluk laut yang dapat membunuh manusia dengan mudah bukanlah
ular laut yang sangat berbisa, melainkan mahluk-mahluk kecil yang besarnya
tidak lebih dari 5 cm saja, gurita bercincin biru (Blue-ringed
octopus, Hapalochlaena sp.) Mahluk yang banyak bersembunyi di
celah-celah batu karang ini mempunyai racun yang terbukti dapat mengakibatkan
kematian bagi manusia hanya dalam hitungan jam saja. Yang lebih parah lagi,
gigitannya tidak terasa dikarenakan giginya, yang berbentuk seperti paruh
burung, sangatlah tajam. Di daerah sekitar gigi inilah kelenjar penghasil bisa
gurita terdapat. Tidak semua gurita memang beracun fatal, tapi beberapa jenis selain tersebut di
atas diketahui juga dapat mengakibatkan kematian bagi manusia.
Siput laut (Moluska)
Memang tidak semua
siput laut mempunyai racun yang dapat berakibat fatal bagi manusia, tapi ada
beberapa di antaranya yang memang terbukti mempunyai racun yang mematikan. Siput
Tekstil (Textile Cone, Conus textile), disebut demikian
karena cangkangnya yang mempunyai corak warna mirip dengan tekstil kain. Hewan
ini sering mengakibatkan kecelakaan terutama pada penyelam-penyelam yang
kekurangan informasi tentang mahluk laut yang beracun ini. Dikarenakan
indahnyanya cangkang dari siput ini banyak penyelam yang kemudian mengambilnya
hidup-hidup dan menaruhnya dalam kantung selamnya. Siput ini mempunyai semacam
belalai yang dilengkapi dengan gigi tajam berbentuk harpun yang mengandung
racun yang biasanya digunakan untuk menyengat mahluk laut lain yang menjadi
mangsanya. Dengan gigi ini dengan mudah mereka menusuk baju penyelam dan
melukainya sebagai usaha untuk melarikan diri. Racun dari siput ini diketahui
cukup ampuh untuk membunuh manusia.
Ular laut (keluarga Elapidae)
Beberapa jenis ular
laut juga mempunyai bisa yang tak kalah mematikannya dibandingkan dengan
sepupunya yang tinggal di darat dan perairan tawar. Dan kecelakaan-kecelakaan
yang dapat terjadi tidaklah lebih dari usaha ular itu untuk mempertahankan
keselamatan dirinya. Ular laut juga jelas
bukanlah hewan yang dapat dikategorikan sebagai hewan perliharaan. Untuk itu hindari
usaha untuk memeliharanya.
Ubur-ubur Kotak
Box jellyfish (Chironex
fleckerii) atau ubur-ubur kotak adalah salah satu dari sekian banyak ubur-ubur
yang mempunyai sengatan yang berbahaya. Kecelakaan sering terjadi pada para
penyelam dan perenang di laut.
Ikan Kodok (Frogfish,
Anglerfish, dan lain-lain dari keluarga Scorpaenidae)
Beberapa ikan dari
keluarga ini mempunyai bisa yang mampu untuk membunuh manusia. Meskipun
Lionfish dan Scorpion fish juga dari keluarga yang sama, tapi bisa mereka
tidaklah sefatal Frogfish dan Anglerfish.
Frogfish dan Anglerfish hampir jarang dijumpai di pasaran karena mereka adalah
jenis ikan yang ‘kurang beruntung’ dari segi warnanya - kebanyakan coklat
dan berwarna seperti pasir - tidak cocok sebagai penghias akuarium. Tapi
beberapa jenis juga mempunyai warna yang sangat cerah dan bagus untuk dijadikan
penghias akuarium.
Karena ikan ini jarang dijumpai di pasaran, kemungkinan terjadinya kecelakaan
dengan mereka juga jarang. Hanya saja peringatan perlu diberikan bagi mereka
yang suka berjalan-jalan menyusuri pantai berkarang. Karena ikan-ikan ini yang
berwarna sedemikian rupa sehingga di alam rupa mereka hampir tidak dapat
dibedakan dari batu karang di sekeliling mereka, maka kontak yang terjadi baik
dengan menginjak atau menyentuh dengan tidak sengaja dapat terjadi. Pertolongan
pertama dengan air panas
bisa dilakukan terhadap korban ikan ini.
Kategori Kedua: Cukup
berbahaya dan mematikan jika tidak ditangani secara intensif.
Portuguese Man o’ War
Hewan yang disebut
sebagai Kapal Perang Portugis ini adalah salah satu dari sekian banyak
jenis ubur-ubur di laut. Hanya saja karena tudungnya yang berisi udara,
ubur-ubur berwarna biru ini tidak berada di dalam air, melainkan mengapung dan
terlihat seperti kapal perang di permukaan air. Ubur-ubur Kapal Perang
Portugis yang dewasa, berdiameter tudung lebih kurang 15cm, mempunyai
tentakel (kaki yang menjuntai) yang relatif sangat panjang, bisa mencapai 2
meter! Perenang di laut sebaiknya meninggalkan lokasi renang jika ubur-ubur ini
sedang berada di sana.
Di kaki inilah sel-sel
penyengat (nematocyst) terdapat. Jika tentakel Ubur-ubur Kapal
Perang Portugis menempel pada kulit seseorang, maka tentakel ini akan
melekat dengan kuat seperti mengandung lem yang kuat dan sulit untuk
dilepaskan. Tentakel yang tipis ini juga mudah putus dan usaha untuk
mengangkatnya dengan menggunakan tangan kosong juga tidak mudah dilakukan,
selain juga menambah luka sengatan lain pada tangan tersebut.
Jika seseorang terkena sengatan Ubur-ubur Kapal Perang Portugis, maka
sensasi yang pertama adalah rasa gatal luar biasa dan diikuti dengan rasa
terbakar atau sakit yang luar biasa hanya dalam beberapa menit saja. Jika daya
tahan tubuh seorang korban kurang kuat (biasanya anak-anak), maka dalam waktu
setengah jam korban akan pingsan.
Pertolongan medis sangat diperlukan. Seberapa jauh pun tempat kejadian dari
instalasi medis, usaha evakuasi harus dilakukan dan diusahakan secepatnya.
Meskipun sengatan Ubur-ubur Kapal Perang Portugis diketahui tidaklah
terlalu fatal, tapi bagi korban dengan daya tubuh yang tidak kuat maka
kehilangan nyawa bukanlah hal yang mustahil.
Pari Penyengat (Sting
Ray)
Pari Penyengat
mempunyai sengat di tengah ekornya berupa semacam tanduk kecil yang bisa
diarahkan ke atas untuk melindungi dirinya. Banyak pari laut hidup di pantai
tidak berkarang dan mencari mangsa berupa moluska-moluska yang berada di dalam
pasir. Kemungkinan sengatan sering terjadi pada kaki perenang yang menginjaknya
dengan tidak sengaja.
Beberapa jenis ikan laut ini juga tinggal di daerah berkarang dan mempunyai
warna yang relatif lebih indah daripada spesies yang tersebut di atas.
Ikan-ikan pari ini biasanya relatif lebih kecil dan cocok untuk dikoleksi
sebagai penghias akuarium. Untuk itu penanganan yang hati-hati perlu dilakukan
oleh akuaris untuk menghindari sengatannya.
Ada cara lain yang bisa dilakukan untuk mengatasi sengatan ikan pari ini adalah
dengan ‘mengamputasi’ sengat dari pari tersebut. Yaitu dengan cara ikan pari
dipegang dan tanduk penyengat dicabut dengan menggunakan tang atau alat lain.
Tetapi cara ini hanya bersifat sementara saja karena tanduk sengatnya akan
tumbuh kembali setelah beberapa bulan. Efek dari sengatan pari ini berupa rasa sakit yang cukup kuat hingga kehilangan
kesadaran diri.
Millepora (Karang
Api)
Sepintas Karang Api
mirip dengan bunga karang lain dari Class Anthozoa (koral dan anemone)
yang relatif sengatannya tidaklah berakibat kesakitan bagi manusia. Tetapi
sengatan Karang Api bisa mengakibatkan rasa sakit atau terbakar yang sangat
kuat.
Meskipun Karang Api juga termasuk bunga karang yang mudah untuk dipelihara di
dalam akuarium, tetapi lebih bijak jika pemeliharaannya tidak dilakukan karena
seringnya terjadi kontak antara penghobi dan bunga karang peliharaannya. Efek yang mirip dengan sengatan Karang Api adalah Anemone Api.
Lionfish atau
Scorpionfish (Pterois volitans, dan beberapa jenis lain yang mirip)
Tidak seperti sepupu mereka
Frogfish dan Anglerfish, Scorpionfish atau Lionfish ini
mempunyai bisa yang relatif tidak berakibat fatal bagi manusia, meskipun
rasa sakit dan kejang dapat dialami oleh korban. Bisa ikan ini terdapat pada
ujung-ujung sirip atas renangnya.
Rasa sakit yang hampir
sama bisa didapat dari racun pada ikan Samadar Cicit (FoxFace, Siganus
vulpinus) dan Lele Laut (Striped Catfish, Plotosus lineatus).
Hanya saja karena sifat pemalu ikan-ikan yang disebut terakhir ini, maka jumlah
kecelakaan dengannya relatif lebih jarang tejadi.
Letter Six, Botana
Naso, dan berbagai Botana lainnya
Letter Six (Pacanthurus hepatus) atau si Dory dalam film Nemo, Botana
Naso (Naso Tang) dan berbagai jenis botana lainnya dikenal dari keluarga
Acanthuridae atau Surgeonfish (dokter bedah) karena pada ikan-ikan ini yang
sudah dewasa terdapat semacam scalpel (pisau bedah yang tajam) pada
bagian ekornya.
Tidak ada literatur yang menyebutkan bahwa ‘pisau’ ini mengandung racun, tetapi
dari berbagai sumber yang telah mengalami kecelakaan langsung dengannya
disebutkan bahwa rasa sakit juga dialami oleh korban-korban ‘dokter bedah’ ini.
Kategori Ketiga: Efek
sakit ringan atau efek-efek lain.
Efek sakit ringan
atau efek-efek lainnya bisa disebabkan oleh kontak dengan nematocyst dengan
tingkat penetrasi yang kecil atau keracunan lendir koral (mucus) melalui
selaput lendir manusia seperti bibir, mata, hidung dan lain-lain.
Seperti disebutkan dalam box, penetrasi nematocyst ringan tetap dapat
terjadi jika yang terkena adalah daerah dengan ketebalan kulit yang relatif
lebih tipis dibandingkan dengan ujung jari manusia. Nematocyst dari
beberapa jenis anemone seperti anemone clown atau anemone karpet bisa
mengakibatkan kejang ringan. Sengatan nematocyst yang berupa seperti
luka bakar karena sundutan rokok bisa melekat sampai dengan satu bulan.
Untuk keracunan lendir koral bisa terjadi karena kurangnya kebersihan dari
akuaris sendiri, misalnya sesudah menangani atau memegang koral kemudian tanpa
mencuci tangannya. Lendir dari polyp kancing (Palythoa sp.) bisa
masuk melalui mulut. Beberapa laporan menyebutkan bahwa bibir menjadi terasa
tebal, sulit menggerakkan mulut, dan pembengkakan pada bibir. Pertolongan medis
sangat dianjurkan untuk jenis keracunan seperti ini, meski belum pernah
diketahui adanya akibat yang fatal dari keracunan lendir koral ini.
Pertolongan Pertama
Pertolongan
pertama hanya bisa dilakukan terhadap korban dari kategori kedua dan ketiga,
meskipun usaha pertolongan terhadap kategori pertama tetap harus dilakukan,
tapi pertolongan secara medislah yang harus diutamakan.
Pertolongan pertama
yang bisa dilakukan terhadap korban-korban hewan laut adalah dengan menggunakan
air hangat-panas. Semua racun hewan laut, baik itu yang terdapat pada nematocyst
Cnidaria ataupun bisa dari gurita, ular laut, duri ikan, dan
lain-lain, adalah dalam bentuk protein. Sifat dari protein adalah susunan
kimiawi mereka akan rusak jika terkena temperatur yang panas. Jika susunan kimiawi
protein ini rusak, maka dengan sendirinya sifat racun dari suatu protein akan
hilang dengan sendirinya.
Untuk itu pertolongan pertama yang dapat diberikan pada korban adalah dengan
merendam tempat terjadinya kontak dengan air sepanas mungkin, di mana penderita
masih bisa menahan rasa panas ini. Hati-hati menggunakan air yang
terlalu panas sehingga malah mengakibatkan luka bakar yang sesungguhnya!
Usahakan
merendam luka dengan daerah sekitarnya untuk mengatasi racun yang sudah mulai
menyebar melalui jaringan pembuluh darah. Misalnya jika yang terkena adalah
ujung jari, maka diusahakan seluruh lengan juga direndam dengan air panas.
Setelah beberapa menit (sekitar 10 sampai dengan 15 menit) pertolongan pertama
ini dilakukan, maka usaha perawatan medis tetap tidak boleh dikesampingkan. Selain usaha
pertolongan dan perawatan di atas, sebaiknya usaha menghidari adalah yang
terbaik. Terutama untuk kejadian yang masuk pada kategori fatal.